Kakinya menahan sakit, wajahnya penuh air mata, berkeliling sambil jalan kaki tempuh 30 KM. Mbah Suharno dorong gerobak sambil jualan es krim keliling. Sehari beliau dapat 15 ribu.
BIkin menyayat hati! Kalau dagangannya gak laku, mbah sering berbagi es krim untuk anak-anak di jalanan. Bahkan, penghasilannya dibelikan makanan untuk pemulung.
“Insha Allah, meski saya ga dapat uang, tapi saya dapat doa dari anak-anak itu. Semoga saja keberkahan selalu menyertai kita”
Terik matahari membakar kulitnya yang sudah mulai keriput, keringat mengucur deras dari tubuhnya, mbah harus mendorong gerobak dengan berat.
Apalagi usianya yang menyentuh 63 tahun. Jika letih, mbah sesekali berhenti di bawah pohon sambil mengelap gerobaknya agar tidak kotor dari debu jalanan.
Mbah tinggal di kamar satu petak. Di dalamnya tidak ada kasur, mbah tidur beralaskan sarung. Bantalnya pun dari spon bekas sofa pemberian tetangga, yang ia bungkus pakai kresek sebagai pengganti sarung bantal.
Mbah cerita, katanya di jalanan sering pingsan karena perutnya sakit karena menahan lapar. Namun, beliau ditolong oleh pengguna jalan. Mbah cuma bisa nangis sambil mengatakan, “Kalau mbah jatuh pingsan di jalan, mbah gak bisa jualan dan gak bisa makan hari itu nak..”
Sahabat, Mbah Suharno hanyalah satu potret lansia yang ingin memiliki hidup layak dan kecukupan di usia senjanya. Maukah kamu menjadi alasan Mbah Suharno dan para lansia lainnya tersenyum hari ini?