Tak pernah disangka oleh Pak Muhlis bahwa benjolan kecil di tubuhnya akan menjadi awal dari cobaan panjang keluarganya. Awalnya ia anggap sepele, hanya benjolan biasa. Tapi lambat laun membesar, mengeras, dan mulai mengeluarkan darah serta nanah. Hingga akhirnya, vonis dari dokter pun jatuh: tumor ganas.

Sayangnya, saat itu semuanya sudah terlambat—penyakit telah menyebar, dan ia tak pernah bisa berobat karena tak punya uang.
Di usia 52 tahun, Pak Muhlis adalah ayah dari tiga anak yang masih duduk di bangku SD, MTs, dan MA.
Demi anak-anak tetap bisa sekolah, ia memaksa tubuhnya bekerja tanpa henti: pagi hingga sore sebagai buruh bangunan, lalu malam hingga pagi menjaga kerang mutiara di tengah laut. Sakit yang makin parah ia tahan sendiri—tak pernah mengeluh, hanya menunduk diam saat tubuhnya mulai menyerah.

Namun kini, ia benar-benar tak lagi mampu bekerja. Tubuhnya terlalu lemah. Dan ketika tulang punggung keluarga tumbang, anak sulungnya yang masih remaja terpaksa mengambil alih tanggung jawab. Ia berhenti sekolah karena tak sanggup membayar biaya ujian akhir, lalu menjadi kuli bangunan dengan upah hanya Rp25.000 per hari.
Dengan tangan yang belum sekuat ayahnya, ia mengangkat semen dan batu, mencoba menjaga dapur tetap mengepul.
Sang istri pun ikut bertahan dengan pekerjaan sederhana—menyulam kerajinan benang yang hasilnya hanya Rp10.000 per paket.

Di rumah, mereka berjuang dalam sunyi. Tak jarang, malam-malam dilalui dengan linangan air mata. Keluarga ini menangis dalam diam, bukan karena lemah, tapi karena begitu kuat memikul beban yang nyaris tak tertahankan.
Pak Muhlis telah menerima surat rujukan ke RS Sanglah Denpasar. Namun apa gunanya surat itu jika tak ada biaya untuk transportasi, apalagi pengobatan lanjutan? Hari demi hari berlalu dengan doa yang terus dipanjatkan: agar ada secercah jalan, agar ada harapan untuk sembuh, dan agar anak-anaknya tetap bisa melanjutkan hidup yang layak.

Sobat, mari kita bantu Pak Muhlis dan keluarganya. Mari jadi bagian dari harapan mereka yang mulai redup. Saat seorang ayah tak lagi bisa berdiri, dan seorang anak harus menggantikan dengan tubuh mungilnya, di sanalah kita bisa hadir—sebagai kekuatan, sebagai pelipur duka, sebagai penyambung asa.
1. Klik tombol “DONASI SEKARANG”
2. Masukkan nominal donasi
3. Pilih metode pembayaran GO-PAY, Jenius Pay, LinkAja, DANA, Mandiri Virtual Account, BCA Virtual Account, atau transfer Bank (transfer bank BNI, Mandiri, BCA, BRI, BNI Syariah, atau kartu kredit) dan transfer ke no. rekening yang tertera.
4. Dapatkan update via email
Baca selengkapnya ▾