Semestinya di usia yang senja, Nenek Mariyani (74) sudah bisa menghabiskan masa tua tanpa harus memikirkan esok hari ia akan makan apa.
Tapi kenyataan pahit yang dialaminya membuat semua itu hanyalah mimpi belaka bagi beliau. Tinggal sebatang kara di satu petak warung yang reot membuat nenek Mariyani tak punya pilihan lain untuk tetap mencari rezeki untuk mengisi perut.

Belum lagi di usianya yang sudah tak muda, sering kali nenek merasakan sakit di beberapa bagian tubuh. Disaat terasa sakit, nenek hanya bisa menahannya dengan obat warung. Tinggal sebatang kara karena sang suami sudah meninggal.
“Jangankan periksa ke dokter, buat makan aja nenek masih susah.” - ungkap nenek.

Kakinya selalu bergetar setelah berjualan kesana kemari 12 km jauhnya. Tak jarang dagangannya tersisa sangat banyak, jika tak habis nenek tak bisa membeli nasi dan lauk untuk dimakan hari itu.
“Buat ganjal perut, nenek makan keripik saja. Kalau dimakan semua nanti setor ke yang punya gimana? Hehe.” - lanjut beliau dengan senyum tipis
Keripik yang nenek jajakan bukanlah keripik yang dia buat sendiri, melainkan keripik yang diambil dari tetangganya. Jika habis semua, nenek bisa untung 10rb saja, tapi jika tidak habis nenek kembalikan kepada pemilik.
Kesulitan ekonomi tak membuat iman nenek luntur, beliau masih tetap menjalankan ibadah lima waktunya. Tak lupa berdoa selalu untuk kesembuhan dan dimurahkan rezeki oleh Allah SWT.

“Sebelum nenek meninggal, nenek cuma pengen hidup dengan damai tanpa harus mikir besok harus makan apa.” - tutup Nenek Mariyani.