Sedekah Air untuk Komunitas Muslim Pelosok Bali

Sobat, tahukah Anda kisah Sumur Raumah?

Sumur yang memberikan manfaat luar biasa bagi Kota Madinah sampai saat ini meski sudah ribuan tahun. Kala itu, Kota Madinah mengalami musim paceklik hingga kesulitan mendapatkan air bersih. Satu-satunya sumur yang sumber airnya masih mengalir adalah sumur Raumah, milik seorang Non-Muslim. Untuk mendapatkan air di sumur Raumah, masyarakat Madinah terpaksa harus rela mengantri dan membeli air tersebut dengan harga mahal.

Mendengar hal itu, Utsman bin Affan tergerak hatinya dengan segera mendatangi pemilik sumur Raumah dan menawar untuk membeli sumur Raumah dengan harga yang tinggi. Walaupun sempat menolak tawaran Utsman dan hanya menjual setengahnya saja. Akhirnya Utsman bin Affan dapat membeli seluruh sumur Raumah dengan harga 20,000 dirham. Kemudian Utsman bin Affan mewakafkan sumur Raumah dan mengumumkan bahwa masyarakat Madinah bisa menggunakannya secara gratis.

MasyaAllah, usaha Utsman bin Affan ini menjadi jariyah yang pahalanya mengalir terus hingga ribuan tahun, bahkan setelah beliau tiada.

Sobat, saat ini Anda juga berpeluang untuk mendapatkan pahala jariyah seperti Utsman bin Affan. Salah satunya di Bali. Seperti yang kita ketahui bahwa Bali dijuluki The Last Paradise on Earth. Tetapi Tidak semua warga Bali merasakan hal tersebut. Sebab warga muslim minoritas di Desa Batu Gambir, Bali sedang mengalami kekeringan. Mereka kesulitan mengakses air dan harus bergantung pada warga non-muslim jika ingin mendapatkannya.

Komunitas ini berjumlah 219 keluarga. Mereka mendirikan masjid yang bernama Istiqomah. Lokasinya terletak jauh di atas perbukitan. Jalan menuju lokasi dibilang sangat ekstrim karena menanjak dan berbelok serta harus berkendara di atas jurang. 

Lingkungan tempat tinggal komunitas Muslim minoritas ini kesulitan air setiap musim kering tiba. Sebenarnya ada kesepakatan antara penduduk muslim dan non-muslim untuk membagi jatah air. Akan tetapi, beberapa oknum non-muslim sering berbuat curang dengan mengambil jatah air milik warga komunitas muslim minoritas.

Kejadian ini sudah terjadi selama bertahun-tahun. Warga muslim tidak berani protes karena jumlahnya yang sedikit. Mereka hanya bisa ikhlas menerima ketidakadilan ini. 

Sebenarnya ada salah satu lahan yang memiliki sumber air, bahkan ketika kemarau tiba. Warga muslim sudah memiliki rencana untuk membeli lahan ini. Akan tetapi, pemiliknya adalah non-muslim. Sang pemilik meminta harga yang sangat mahal, sekitar 800 juta rupiah.

Dengan jumlah sebesar itu, komunitas muslim minoritas tidak mampu membelinya. Sebab rata-rata warga berada dalam kondisi ekonomi rendah. Pekerjaan mereka adalah buruh kebun dan sangat sedikit yang memiliki pekerjaan layak. Sehingga tidak mungkin komunitas ini mampu membeli lahan dengan harga tersebut.

Untuk itu, kami ingin mengajakmu sobat baik. Agar patungan dan turut serta membeli lahan yang memiliki sumber air ini dari non-muslim. Dengan begitu, saudara kita akan mudah mendapatkan air seperti warga Madinah di zaman Utsman bin Affan.

Mari kekalkan pahala kita dengan membeli sumber air di pelosok Bali.