Meskipun hanya beratap dan beralaskan terpal. Puluhan santri di Bali ini tetap semangat belajar dan mengaji Al-Qur’an. Mereka sangat serius menuntut ilmu agama. Bagi para santri, bisa mengaji adalah bekal hidup yang tak ternilai harganya.
Sudah 10 tahun lebih, mereka mendambakan punya tempat mengaji yang layak. Selama ini, anak-anak belajar di emperan-emperan rumah warga. Mereka sering berpindah, bergantung tempat mana yang bisa digunakan.
Akibat tidak punya tempat tetap. Para santri kebingungan ketika berangkat mengaji. Terkadang, mereka terpaksa harus kecewa lantaran tempat belajar Al-Qur’an tidak bisa digunakan karena pemilik sedang ada kegiatan.
Melihat semangat belajar santri pelosok Bali ini tinggi. Para orang tua pun sepakat untuk patungan. Mereka membeli lahan untuk digunakan masjid dan TPQ. Hal tersebut tentu berat, karena rata-rata pekerjaan masyarakat adalah buruh kebun dan nelayan yang penghasilannya tidak menentu.
“Iya pak, kami sudah 10 tahun berjuang untuk membuat tempat ibadah dan tempat belajar Al-Qur’an yang layak. Tapi apa daya, kami ini hanya buruh tani dan nelayan. Untuk bertahan saja, kami harus bekerja keras. Jadinya, selama 10 tahun ini. Anak-anak mengaji dan kami beribadah pakai terpal saja” terang Ustadz Pengajar Al-Qur’an para santri.
Sobat baik, jika Anda saat ini bisa beribadah dengan nyaman karena punya tempat tetap dan bangunan yang bagus. Ingatlah, saudara kita di pelosok Bali ini beribadah hanya beralas dan beratap terpal.
Mereka perlu wakaf jariyah Anda agar punya tempat ibadah yang layak. Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Siapa yang membangun masjid karena Allah walaupun hanya selubang tempat burung bertelur atau lebih kecil, maka Allah bangunkan baginya (rumah) seperti itu pula di surga” (HR. Ibnu Majah no. 738)
Yuk raih pahala abadi, dengan berwakaf untuk masjid di Pelosok Bali