Sobat, ingatkah Anda? Saat orang tua mengantar mengaji. Siapa yang tanpa lelah mengajarkan kita membaca huruf hijaiyah?
Tentu saja jawabannya guru ngaji kita.
Guru ngaji seperti pahlawan tanpa tanda jasa. Mereka sering luput dari penghargaan kita. Padahal banyak guru ngaji yang dibayar sekedarnya. Bahkan tak jarang mereka tidak mendapat upah sama sekali. Ikhlas mengajar bertahun-tahun, mendidik anak-anak kita mengenal agama.
Salah satunya adalah para ustad dan ustadzah Rumah Tahfidz Al-Fatih yang ada di pelosok Kepulauan Sapeken. Mereka rela mengabdikan diri tanpa digaji. Jika ada yang memberi kafalah pun, jumlahnya tidak banyak.
Jangan bayangkan para guru ngaji ini berada. Mereka berasal dari keluarga sederhana. Lebih banyak anak nelayan kampung. Sehari-harinya dihabiskan untuk membantu orang tua atau mengurus rumah tangga. Sama seperti rata-rata penduduk di Kepulauan Sapeken lainnya.
Namun, bagi ustad dan ustadzah yang penting anak-anak bisa membaca Al-Qur'an. Bahkan beberapa murid berhasil menyelesaikan hafalan 2 juz. Sungguh pengabdian luar bisa di tengah keterbatasan yang ada.
Sobat, kami bersama Ustad Nur Asyur membuat program pemberian kafalah yang layak untuk pengabdian guru ngaji di pelosok. Semua hasil donasi akan digunakan untuk mendukung kelancaran dakwah mereka.
Rezeki yang sobat berikanInsyaAllah berkah. Sebagaimana Allah SWT berfirman :
“Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dari hartamu yang Allah telah menjadikan kamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman di antara kamu dan menafkahkan (sebagian) dari hartanya memperoleh pahala yang besar.” (QS. Al Hadiid: 7)
Mari kita berikan apresiasi untuk guru ngaji yang mengabdikan dirinya ikhlas dan tanpa pamrih.